Suatu hari dengan kisah dan pulpenku.

 

Hari ini bukan pertama kalinya aku melihat kematian. Aku pernah berdiam diri menyaksikan pasien mati batang otak pertamaku. Didiagnosa bahwa beberapa bagian tubuhmu sudah tidak bisa bekerja, tapi detak jantungmu masih dapat dilihat di monitor.

 

Pagi tadi aku mendorong kursi roda ke instalasi onkologi, seorang ibu dan anak lima tahun duduk di kursi roda itu. Ayahnya di belakangku. Berjalan sambil membawa tas ransel dan tas jinjing ruangan berisi catatan medis dan alat kesehatan anestesi untuk kemoterapi.

 

Kami naik ke lantai 3 gedung dengan lift. Ruangan kemoterapi yang dituju adalah ruang tindakan, bukan ruang dengan gambar hewan hewan yang kemarin kukunjungi. Sambil mengoperkan pasien, seorang perawat meminjam pulpenku.

 

Aku berdiri menunggu sekitar 5 menit sebelum akhirnya kembali ke ruangan sambil membawa tempat tidur pasien kemoterapi lain dengan bantuan keluarganya dan pasien lain yang didorong keluarganya di belakangku.

 

Saat di lantai dasar, aku baru menyadari pulpenku tertinggal. Sesampainya di ruangan aku mengabari temanku dan minta tolong jika menjemput pasien lagi sekalian ambilkan pulpenku.

 

Siang tadi hampir pukul 13.00 aku diminta tolong untuk membantu residen bedah ganti balut pasien remaja. Saat itu kondisi ruangan sudah ramai. Ada satu perawat, satu residen anak dan ibu pasien. Aku berdiri, mengambil gunting untuk membuka sufratul. Saat itu kudengar seniorku berkata bahwa pasien sudah gasping. Kami menunda ganti balut. Semua terjadi begitu cepat. Pasien sempat bernapas sampai aku mendengar suara seperti tercekik. Aku tidak ingat tindakan mana yang dilakukan duluan, memasang ekg atau mengucapkan syahadat di telinga pasien. Tapi semua terjadi begitu cepat, setelah itu residen anestesi menyampaikan berita kematian remaja itu.

 

Aku melihat ibu menangisi kepergian anaknya di rumah sakit. Hatiku sakit.

 

Kemudian saat aku kembali ke ruangan aku dengar temanku pergi ke instalasi onkologi. Semoga tidak lupa pulpenku, batinku.

 

Beberapa menit kemudian dia kembali dengan ayah pasien yang kuantar tadi. Kenapa hanya ayahnya? Oh ya pulpenku. Temanku memberikan pulpen yang kutunggu - tunggu. Kemudian memberitahu bahwa anak yang tadi kuantar ke instalasi onkologi sudah meninggal.

 

Pada hari yang sama, aku mengetahui dua pasang orang tua kehilangan anaknya. Pada hari yang itu, aku mengantar dan meninggalkan pasien dan pulpenku di instalasi onkologi. Tapi hanya pulpenku yang kembali.

 

Lost, Afi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Bermain Mall World di Facebook

story telling (indonesian's and european's folklore: human security issue)

Review Buku : Other Half of Me - Elsa Puspita