Saat Itu

Sore itu satu tahun yang lalu. Kamu ada di sampingku. Aku rindu. Rindu kamu yang membuatku tertawa dan kamu yang selalu menghiburku. Dibawah langit yang mulai gelap kamu menyeritakan harapanmu. Diantara orang yang ada di sekitarmu hanya aku yang kamu percaya untuk mendengar harapanmu sembari menatap mata biru itu.

Tawa yang bukan hanya karena kisah, tapi karena pujian konyolmu untukku. Tapi hal itu yang semakin membuatmu sulit dilupakan. Hal itu yang membuatku mengerti kalau kamu berbeda. Kamu membalik barbeque di hadapan kami untuk acara malam itu dan kembali bercerita tentang masa sekolahmu.

Hingga kembang api pergantian tahun meluncur di udara, sesaat kita bertukar pandang. Aku tersenyum melihatmu yang sudah memandang ke udara. Rahang yang kuat dan senyuman yang manis. Semuanya sempurna dimataku. Kamu seperti sihir.

Lalu seminggu setelah itu kamu menghilang. Hanya kabar dari sahabatmu yang bisa kudapatkan kalau kamu mendapat pekerjaan di tempat lain. Ini semua bukan kebetulan, ini soal pertemuan singkat dan perpisahan tanpa selamat tinggal. Tapi ini semua berarti, setidaknya untukku.

Kamu harus tau kalau aku tidak pernah menyesali semuanya. Aku tidak apa - apa dengan semuanya, ya. Hanya saja semua itu bukan hal yang mudah dilupakan. Masih ada namamu dalam hatiku. Masih ada ingatan soal itu di otakku. Segalanya memang baik - baik saja. Tapi segalanya tidak pernah sama lagi.

pict source : google




 Tahun baru kok hati masih lama ya, haha. Apaan sih/?
Tahun baru nanti pingin ngerubah tulisan dari efek galau kayak gini pinginnya. Ya, semoga bisa. Habisnya semua tulisan disini dari perasaan. Bukannya nggak pernah bahagia, tapi masih belum lupa sama dia kadang - kadang. Jadi, semoga di tahun baru ini tulisanku bakalan lebih bikin orang senyum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Bermain Mall World di Facebook

story telling (indonesian's and european's folklore: human security issue)

Review Buku : Other Half of Me - Elsa Puspita