Over Again



“Mau bagaimana lagi, aku masih menyanyanginya.”

Bahkan sampai sekarang aku tidak menyangka kamu mengucapkan hal itu di hari bahagiaku. Hari dimana harapanku kamu akan menyatakan bahwa kamu memiliki perasaan yang sama denganku. Tapi, apa bisa aku melarangmu mengatakannya?
Aku kembali membuka akun facebook – ku. Ada beberapa notifikasi teman – teman yang kembali mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Aku menghela nafas panjang setelah membalas ucapan – ucapan itu. Bukan karena butuh tenaga yang besar untuk mengetik, tapi karena aku baru saja mendapat berita buruk! Buruk bagiku, maksudku.
Bukan status facebook yang menjengkelkan, tapi momen path yang disalurkan lewat facebook. At Cinema 21 with … dan aku tak mau melanjutkannya. Great! Itu bahkan setelah aku merayakan pesta ulang tahunku.
Aku hampir saja melempar ponsel itu ke tempat tidur, tapi kegiatan stalking mengurungkan niatku. Aku memutuskan log in kembali akun path yang sudah bisa dibilang berdebu itu. Kebetulan, dia sudah menjadi teman di pathku sejak aku membuat akun ini.
“Mau muncul di notif atau tidak terserah.”
Tapi, aku berharap kalau notifikasi pathnya rusak sehingga saat aku visit pathnya tidak akan muncul. Oh, ya, apakah sekarang memang tidak akan muncul notifikasinya? Seperti yang sempat kulihat disalah satu akun instagram

Bodoh.
Aku menggerutuki diriku sendiri setelah mengunjungi akunnya. Begitu banyak momen yang dihabiskan dengan gadis itu. Atau lebih tepatnya mantanmu. Jadi, aku tahu kalau kamu menolak kuajak ke toko buku, perpustakaan dan kedai kopi.
Tapi, aku tahu kenapa kamu mengajakku kafe, menjemputku, dan mau mengantarkanku. Hanya untuk mengisi waktu luangmu bukan? Atau, saat dia terlalu sibuk?
          Aku terdiam dan merebahkan diriku ketempat tidur. Dugaanku salah. Kamu memang baik padaku, tapi kamu baik pada semua orang. Mungkin itu juga alasan kamu melarangku membuka ponselmu saat berdering-walau memang tidak sepantasnya aku membukanya. Ada berapa pesan darinya disana?
         Kata – katamu tadi sudah menyadarkanku, kalau aku terlalu jauh berharap sesuatu darimu. Sesuatu yang sudah kau berikan pada orang lain. Tapi apa itu sepenuhnya salahku? Kalau saja kamu tidak sebaik itu seakan memberiku harapan untuk berharap, aku tidak akan pernah menyukaimu. 


Flashfiction ini dikhususkan untuk #QuizDy .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Bermain Mall World di Facebook

story telling (indonesian's and european's folklore: human security issue)

Review Buku : Other Half of Me - Elsa Puspita